Kamis, 21 November 2013

PERSAMAAN AKIDAH ULAMA WAHABISALAFY DENGAN RAHIB YAHUDI

PERSAMAAN AKIDAH ULAMA WAHABISALAFY DENGAN RAHIB YAHUDI
Ibnu Taimiyah dan Yahudi 
Al Hafidz Abu Sa’id al ’Ala-i guru dari al Hafidz al Iraqi menyebutkan sebagaimana diriwayatkan oleh al Hafidz muhaddits dan pakar sejarah Syamsuddin ibn Thulun dalam kitabnya Dzakha-ir al Qashr hal. 96 dalam bentuk manuskrip dari Ibn Taimiyah bahwasanya
ia mengatakan: “Sesungguhnya Taurat tidak dirubah lafadz-lafadznya tetapi ia masih tetap sebagaimana ia diturunkan, hanya saja terjadi penyimpangan pada penafsirannya”. Ibn Taimiyah menulis kitab tentang masalah ini. Syekh Muhammad Zahid al Kautsari  dalam kitab al Isyfaq ‘Ala Ahkami al Thalaq cetakan Dar Ibn Zaidun hal. 72 mengatakan: “Apabila kita katakan bahwa Islam belum pernah diuji dengan orang yang lebih berbahaya dari Ibn Taimiyah dalam memecah belah umat Islam, yaitu mudah dan memberi toleransi kepada Yahudi yang mengatakan tentang
kitab-kitab mereka bahwasanya lafadznya tidak ada penyelewengan”.
Ibn Baz dan Yahudi
Pemimpin Wahabi pada masa sekarang Ibn Baz telah membolehkan perdamaian yang permanen dengan Yahudi tanpa batas dan tanpa syarat, dan ia berpendapat bahwa hal ini sesuai dengan al Qur’an dan sunnah. Fatwa itu segera menyebar di media cetak dan elektronik
setelah secara resmi disampaikan Ibn Baz dari kantornya. Di antara yang menyebutkan teks perkataannya adalah koran Nidaul Wathan di Lebanon edisi 644, koran al Diyar Lebanon edisi 2276 Kamis tanggal 22/12/1994 dan koran bernama al Muslimun. Dengan fatwa ini “saudaranya” (Ibn Baz) Menteri luar negeri Yahudi Shimon Perez benar-benar gembira ketika itu dan meminta kepada Arab dan umat Islam untuk sama-sama mendukungnya. Penyataan Shimon Perez ini dilansir oleh koran as-SafirLebanon tanggal 23/12 19994 dan koran
elektronik Australia edisi 2754.
Di antara yang menunjukkan kesesatan aqidah pemimpin mereka dan kesamaannya dengan aqidah tajsim yang diyakini oleh kaum Yahudi adalah bahwa ia sepakat dengan perkataan Abdurrahman ibn Hasan cucu Muhammad ibn Abdul Wahhab yang mengatakan dalam kitabnya Fathul Majid hal. 461: “Renungkanlah apa yang ada dalam beberapa hadits
yang shahih ini yang berisi tentang pengagungan Nabi kepada Tuhannya dengan menyebutkan sifat-sifat kesempurnaannya sesuai dengan sifat yang layak dengan keagungan dan kemulyaanNya dan pembenarannya terhadap Yahudi dalam apa yang mereka kabarkan tentang sifat-sifat Allah yang menunjukkan keagunganNya, dan renungkanlah juga isi hadits
itu tentang adanya Allah di atas ArsyNya”.
Sebagaimana kebiasaan kaum Yahudi berbohong kepada Allah dan para nabinya demikian juga pemimpin golongan Wahabi membuat-buat kebohongan kepada Allah dan Rasulullah. Dan ini tidak aneh lagi, untuk pembenaran kebohongannya mereka menisbatkan
kebohongan kepada Rasulullah dan seakan-akan Rasul membenarkan kekufuran Yahudi.
Jelas, ini adalah pengkafiran terhadap Nabi yang maksum dan penyesatan terhadap makhluk yang paling mulia. Semoga kita mendapat perlindungan dari Allah dari kesesatan mereka.
Muhammad Nashiruddin al Albani Dan Yahudi
Di antara pernyataan salah seorang panutan Wahabiyah di Yordaniyah yang bernama Muhammad Nashiruddin al Albani yang menyenangkan dan menggembirakan kaum Yahudi.
1. Dia menyerukan warga Palestina untuk keluar dan hijrah dari Palestina.
2. Para syuhada’ intifadhah telah melakukan bunuh diri bukan mati syahid.
3. Mereka yang melakukan intifadhah (perlawanan) telah merugi dan menganggap bahwa ini adalah sunnah.
Lihatlah koran al liwa’ Yordania tanggal 7/71993 hal. 16 dan kitab Fatawa al Albani yang diedit oleh Ukasyah Abdul Mannan cetakan Maktabah al turats hal. 18. Juga dalam kaset rekaman dengan suara al Albani di rumahnya tanggal 22/4/1993. berikut naskah pernyataan al
Albani yang dimuat salah satu koran edisi tanggal 1/9/1993, bertemakan:
Kenapa al Albani mengatakan: “Setiap orang yang tetap tinggal di Palestina adalah kafir?”
Sesungguhnya permasalahan fatwa orang yang bernama Nashiriddin al Albani yang menyebutkan: “Sesungguhnya wajib bagi rakyat Palestina meninggalkan negaranya dan mengungsi ke negara lain, dan setiap yang masih tetap berada di Palestina maka dia kafir.”
Fatwa ini benar-benar aneh dan mengherankan serta banyak mengundang polemik, bukan hanya di Yordania tempat tinggal Wahabi ini, akan tetapi meluas sampai ke penjuru dunia Arab lainnya.
Herannya, fatwa “edan” ini ada juga yang mendukungnya. Akan tetapi banyak yang membantahnya di antaranya; Dr Shalah al Khalidi, ia mengatakan: “Sesungguhnya syekh al Albani dalam fatwanya telah menyalahi sunnah, dia telah pikun.” Dr al Khalidi meminta
kepada para pengikut Albani dan para muridnya untuk tidak lagi mengikuti ajarannya tanpapertimbangan.
Dr Ali al Faqir anggota parlemen Yordania memberikan catatan kaki dengan mengatakan: “fatwa ini keluar dari syetan”. Dr Ali al Faqir merasa aneh bahwa Albani meminta rakyat Palestina meninggalkan negaranya dengan alasan bahwa Yahudi telah menjajahnya.
Bantahan juga datang dari fakultas syari’ah Universitas Yordaniyah, dengan menyebutkan beberapa poin ketimpangan dari fatwa Albani.
Jelas, Palestina adalah negara Islam yang seharusnya kita perjuangkan agar rakyatnya kembali mendapatkan haknya, bukan malah diserahkan ke penjajah.
Dr Ali al Faqir mengatakan: “Sesungguhnya perkataan syekh ini adalah perkataanYahudi. Bahkan masalah ini menjadi perdebatan politik, mungkin saja yang bersangkutandalam proses penyidikan.
Hammud ibn Abdullah al Tuwaijiri dan Yahudi
Hammud al Tuwaijiri memberi pujian dan dukungan terhadap aqidah “saudarasaudaranya” Yahudi, yang juga aqidahnya dalam kitabnya yang ia beri judul Aqidah Ahl al Iman fi Khalqi Adam ‘ala Shurat ar-Rahman. Kitab tersebut diberi rekomendasi oleh Ibn Baz,mufti mereka, cetakan Darul liwa Riyadh cetakan kedua, pada hal. 76 Hammud mengatakan:
“Dan makna semacam ini menurut ahli kitab termasuk kitab-kitab mereka yang ma’tsurah dari para nabi seperti Taurat, sesungguhnya dalam Safar al Awwal mengatakan: “Kami akan menciptakan manusia sesuai dengan gambar/bentuk kami, menyerupaiNya”.
Pada hal. 77 ia mengatakan: “Juga sudah maklum bahwa naskah Taurat sekarang dan yang semacamnya telah ada pada masa Nabi SAW. Apabila di dalamnya terdapat kebohongan seperti mensifati Allah dengan sesuatu yang mustahil bagiNya seperti adanya sekutu dan anak, maka pastilah pengingkaran terhadap hal itu ada dalam perkataan Nabi atau sahabat atau tabi’in sebagaimana mereka mengingkari perkara yang lebih ringan dari itu.
Allah mencela mereka dengan sesuatu yang lebih ringan dari itu, apabila ini adalah aib tentucelaan Allah terhadap mereka dalam masalah ini jauh lebih besar dan lebih berat.”
Gamblang sudah, persamaan aqidah Wahabiyah dengan aqidah Yahudi. Pernyataanpernyataan mereka dan tulisan-tulisannya juga sama. Lebih celakanya, Ibn Taimiyah dan para “pengikutnya” wahabiyah, mengatakan bahwa Rasul tidak membantah kedustaan mereka
kepada Allah, tidak mengingkari kekufuran dan kesyirikan mereka tentang penisbatan bentuk dan gambar kepada Allah.
Berarti, mereka telah mengkafirkan Rasul dan menisbatkan kepadanya kesesatan untuk mengelabuhi kaum awam. Sungguh besar kebohongan mereka kepada Allah dan Rasulnya. Allah dan RasulNya serta orang-orang  beriman terbebas dari mereka dan dari agama mereka
yang kufur.
naubulilallah min fitanitihim wah yahfadzuna minhum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar